Senin, 26 Maret 2012


Constantya Astrid
11/317986/SP/24866

HANYA BERCANDA

            Masalah diskriminasi yang saya angkat merupakan diskriminasi yang sebenarnya sering sekali kita temui. Untuk kali ini saya mengambil lokasi di sekolah. Selama ini saya menjalani sekolah di dua lingkungan yang sangat jauh berbeda. Sejak TK hingga SMP saya bersekolah di sekolah swasta yang mayoritas siswanya beragama Katolik dan Kristen serta merupakan warga keturunan Tionghoa. Kemudian ketika SMA saya memutuskan untuk memasuki sekolah negeri. Dari dua lingkungan ini saya menemukan beberapa hal yang menurut saya merupakan salah satu bentuk dari diskriminasi. Bentuk diskriminasi pertama tentu saja diskriminasi mengenai masalah etnis. Hal ini terjadi di dua lingkungan sekolah yang saya jalani. Di sekolah swasta yang mayoritas merupakan warga keturunan Tionghoa seringkali terjadi pemberian panggilan dengan menggunakan istilah-istilah yang berhubungan dengan etnis seperti Cina atau singkek. Hal itu sering sekali terjadi namun mereka mengatakan hanya sedang bercanda. Untuk sekolah yang mayoritas siswanya merupakan warga keturunan Tionghoa mungkin rasa tersinggung yang muncul akibat sebutan tersebut memang lebih kecil tapi beda halnya ketika itu terjadi di sekolah yang mayoritas merupakan warga pribumi. Rasa tersinggung pasti akan lebih mudah muncul karena mereka juga merupakan bagian dari kaum minoritas. Memang penggunaan istilah tersebut untuk memanggil siswa keturunan Tionghoa tidak pernah sampai menimbulkan pertengkaran namun menurut saya hal tersebut tetap saja merupakan bentuk diskriminasi etnis. Kita sendiri juga tidak tahu apakah orang yang kita panggil dengan sebutan tadi benar-benar sama sekali tidak pernah merasa tersinggung. Selain itu hal ini juga akan menimbulkan permasalahan apabila suatu saat panggilan tersebut sampai terdengar oleh orang tua murid. Hal yang berawal dari “hanya bercanda” suatu saat bisa saja menimbulkan masalah yang serius karena kita sendiri juga tidak tahu sejauh mana batasan bercanda yang bisa diterima. Lagipula batasan bercanda tiap orang pasti berbeda-beda. Jadi sebaiknya kita tidak membiasakan bercanda dengan hal-hal yang berbau SARA atau diskriminasi.

0 komentar:

Posting Komentar