Senin, 26 Maret 2012

Diskriminasi: Perlakuan Istimewa terhadap Anak Guru di Sekolah

Nama   : Krisnamurti Dewi
Nim     : 11/312443/SP/24551

            Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga menegah ke atas kita mempunyai banyak teman, mungkin beberapa diantaranya adalah anak dari guru yang mengajar di sekolah kita, bahkan di kelas kita. Hal ini tidak menutup adanya suatu kemungkinan timbul perasaan yang agak aneh ataupun tampak cangggung di dalam kelas itu. Walaupun hal itu hanya tampak tersirat, akan tetapi tanpa di pungkiri hal itu pasti ada dan terjadi.
            Kejadian tersebut menumbuhkan banyak asumsi dan pemikiran dari beberapa sudut pandang, yang pertama dari teman-teman si anak, yang kedua dari teman-teman guru di sekolah itu. Hal ini pernah saya alami secara langsung, teman satu kelas saya adalah anak dari salah satu guru yang mengajar di kelas saya. Tampak terdapat perlakuan yang sedikit berbeda dari guru tersebut kepada murid selaku anaknya, perilaku yang dapat dikatakan mengisitimewakan anak tersebut. Meskipun pada saat itu guru saya hanya menganggap  bahwa hal itu bercandaan, akan tetapi para murid menangkap hal tersebut berbeda, bahkan bukan sebagai suatu bahan bercandaan yang tepat. Sebagai salah satu contoh saat itu ketika pelajaran olahraga murid-murid diminta membawa peralatan yang diperlukan untuk pelajaran, karena banyak dan beratnya alat yang di perlukan maka para murid bergotong-royong bersama, akan tetapi berbeda hal dengan anaknya yang hanya di minta membawa barang yang ringan dan mudah.
Selain itu tindakan diskriminasi juga terjadi di kelas, apabila kondisi kelas ramai murid-murid secara langsung ditegur, bahkan langsung dipanggil namanya dan dimarahi. Perlakuan berbeda tampak ketika yang ramai di kelas adalah anaknya, hanya teguran manis dan sikap yang lembut yang di berikan kepada anaknya guna mengingatkannya.  Sama halnya ketika guru sedang memberikan pertanyaan dan murid tidak bisa mengerjakannya maka teguran pun banyak diberikan kepada para murid. Sedangkan apabila yang tidak bisa mengerjakan anaknya, guru tersebut hanya diam atau bahkan membatu menyelesaikannya. Hal seperti inilah yang membuat adanya ketimpangan di dalam kelas tersebut, diskriminasi menjadi sangat tampak nyata antara anak guru dengan yang bukan anak guru di sekolah itu.        
            Sudut pandang kedua adalah dari teman-teman guru atau selaku orang tua dari anak, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat rasa simpati atau ”tidak enak” bahkan sungkan kepada teman bila hendak melakukan suatu hal yang keras, seperti menegur, memarahi, bahkan memeberi nilai jelek kepada anaknya. Sehingga timbul suatu pengistimewaan kepada murid selaku anak teman. Ketika berpapasan di jalan, anak tersebut di sapa dengan penuh keramahan walau sebenarnya hal itu hanya sedikit formalitas belaka. Sama halnya ketika di kelas sedang mengerjakan soal dan anak tersebut tidak bisa maka guru lain hanya mendiamkan atau malah membantunya untuk menyelesaikan. Bahkan masalah penilain yang seharusnya obyektif  kini menjadi subyektif  karena faktor kedekatan atau perteman yang terjalin dengan orang tuanya. Nilai yang awalnya buruk kemudian dibenahi bahkan diberikan tambahan nilai dengan alasan supaya tidak memalukan orang tuanya.
            Beberapa kejadian tersebut tampak secara tersirat, tetapi hal itu sangat janggal dan aneh ketika dihadapi secara langsung. Menghilangkan tindakan diskriminasi yang terjadi tersebut akan nampak sulit, belum lagi di Jawa  terdapat suatu tradisi dimana seseorang  cenderung tidak enak hati dengan orang lain, atau dengan kata lain pekewuh. Dalam keadaan seperti itu dibutuhkan suatu pengaturan jadwal yang tepat agar anak dan orang tua selaku guru di sekolah yang sama tidak dijadikan dalam satu kelas, guna menghindari perlakuan pengistimewaan. Apabila hal tersebut dirasa sulit untuk diciptakan, maka hal terpenting adalah dibutuhkan suatu profesionalitas dalam bekerja dengan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya, tujuannya adalah agar tidak menimbulkan kecemburuan terhadap pihak lain.




0 komentar:

Posting Komentar