Sabtu, 24 Maret 2012

DISKRIMINASI TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT

Nama : Pradevi Hesta Kuntana
NIM : 11/317411/SP/24632
Perawat adalah profesi yang terkenal kurang ramah dengan beberapa pasien. Terlebih pasien yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sudah dapat dilihat dengan jelas sering kali pelayanan yang para perawat dirumah sakit berikan sesuai dengan kelas ruangan yang pasien tempati. Pasien yang berada dikelas tiga, dengan sistem bangsal yang terdiri dari delapan orang di setiap ruangannya hanya mendapatkan pelayanan yang minimal.
Pelayanan yang saya maksud disini bukan hanya tindakan medis, namun juga sikap dari petugas kesehatan ini dalam memberikan prosedur perawatan pasien. Bahkan saya sendiri pernah melihat, apabila ketika para perawat itu mendapati pasien baru yang datang dengan JAMKESMAS ataupun ASKESKIN, sebuah keluhan yang mungkin bukanlah perkataan yang pantas keluar dari mulut manis orang berpendidikan seperti mereka yang sebenarnya sangat dihormati oleh masyarakat.
Apabila mengingat bagaimana para perawat membentak dan memarahi keluarga pasien yang tidak mengerti apa yang mereka maksud sungguh sangat ironi. Mereka tidak befikir bahwasanya mungkin saja keluarga pasien ini  berlatar belakang pendidikan rendah, mereka tidak pernah mencoba lebih bersikap ramah dengan melihat bagaimana keluarga pasien ini menunjukkan rasa penghormatan kepada mereka.
Namun apabila perawat perawat ini bertugas dikelas satu, pelayanan pun sangat berbeda jauh. Pasien kelas satu seakan dimanja dengan berbagai pelayanan, seperti perawat yang menjaga satu pasien kelas satu ada dua orang, sedangkan dikelas bangsal hanya ada dua orang untuk delapan pasien. Serta berbagai diskriminasi lainnya yang dilakukan perawat dengan cara membeda bedakan kelas pasiennya. Saya pernah mendengar beberapa alasan bahwa mengapa perawat lebih memberikan pelayan lebih baik kepada pasien kelas satu dikarenakan bukan hanya pasein kelas satu membayar lebih mahal, namun ringannya tanggung jawab karena hanya menjaga satu pasien, ruangan ber AC, dan terkadang tip atau uang ceperan yang mereka dapat adalah beberapa alasan mengapa mereka melakukan diskriminasi.
Pesan saya disini, tidak semua perawat berlaku sama, yang saya ceritakan ini hanya sebagian kecil dari mereka yang berprofesi sebagai perawat. Jiwa jiwa baik masih banyak diluar sana dan memberikan pengabdian dan pelayan tulus mereka. Sudah sangat pantas bahwa pengalaman saya ini memberikan sedikit sumbangan dalam pembentukan pola pikir kedepannya agar masyarakat Indonesia merasakan kesejahteraan yang seimbang.

*maaf apabila saya tidak mencantumkan daerah saya tempat rumah sakit ini berada.

0 komentar:

Posting Komentar