Senin, 26 Maret 2012

Diskriminasi Kelas Sosial

Riesta Prilia Bonita
11/312041/SP/24479


Sekitar setahun yang lalu ketika saya akan kembali pulang ke kampung halaman setelah menyelesaikan registrasi masuk ke perguruan tinggi ini, Universitas Gadjah Mada, saya mendapatkan sebuah pengalaman yang cukup membuat saya terkejut akibat adanya konflik yang terjadi di Bandar Udara Adi Sucipto, Jogjakarta. Saat itu ada sebuah kelurga yang mengalami suatu kejadian yang tidak diinginkan. Mereka sekeluarga yang terdiri dari seorang pria, istri, dan satu anak lelakinya, tertinggal pesawat yang akan megantarkannya ke kota tujuan mereka. Terlihat kepanikan yang begitu dahsyat pada raut wajah sepasang suami istri tersebut. Karena panik, sepasang suami istri yang terlihat sedang diselimuti emosi karena kejadian itu akhirnya pergi menghampiri counter maskapai penerbangan yang bersangkutan. Dengan penuh emosi mereka berdua lantas menyampaikan protesnya kepada seorang costumer service yang menjaga counter tersebut. Terlihat dengan jelas dari kata-kata yang dilontarkan oleh sepasang suami istri tersebut mengacu pada hal-hal yang berbau pendiskriminasian dan menjurus pada perbedaan antar kelas sosial. Di dalam kasus ini mereka memang dirugikan, namun setelah diklarifikasi, masalah tersebut muncul akibat dari kelalaian mereka sendiri. Mereka berdua datang terlambat sehingga akhirnya waktu untuk check in dan keberangkatan pesawat pun terlewatkan.
            Walau di satu sisi mereka adalah konsumen yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang istimewa, namun dari cara mereka berdua memperlakukan seorang costumer service tidak mencerminkan sikap yang baik. Mereka berdua terkesan melontarkan kata-kata yang keluar dari subtansi protes yang seharusnya hanya membahas tentang apa yang membuat mereka kecewa akan pelayanan maskapai penerbangan tersebut, mereka justru mencaci maki pegawai di dalam counter itu dengan membeda-bedakan derajat kelas sosial mereka dan fisik yang dimiliki oleh pegawai maskapai penerbangan tersebut. Menurut saya, hal tersebut tidaklah pantas untuk dilakukan seorang konsumen di depan publik karena lontaran mereka menjurus pada hujatan yang kasar dan pendiskriminasian. Mereka yang jelas-jelas bersalah atas kelalaiannya mereka sendiri tidak pula sepantasnya melakukan protes. Dalam kasus ini terlihat jelas bahwasanya ada pendiskriminasian antar kelas sosial yang terjdi antara seorang pegawai biasa dengan konsumen yang mungkin jabatan dalam pekerjaannya lebih tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar