Senin, 26 Maret 2012

Tidak Semua Kawan, Tidak Semua..

Muhammad Ikhwan Hastanto
2011/317916/SP/24799          

            Di balik keindahan multikulturalisme yang dimiliki Indonesia, tersimpan sebuah bom waktu yang kapan saja siap untuk meledak.  Bom waktu ini berpeluang mengubah kelebihan yang terdapat dalam keberagaman menjadi sebuah ‘senjata makan tuan’ yang bisa menghancurkan kesatuan negara.  Diskriminasi adalah nama bom waktu ini.  Sebuah paradigma klasik yang memunculkan pandangan bahwa sifat setiap manusia dalam suatu etnis adalah sama antara satu dan lainnya.
            Belum genap seminggu ketika saya pindah dari Lampung ke Jogja untuk mencari ilmu, langsung terdengar kabar buruk tentang penusukan seorang pria kulit hitam yang sedang mabuk terhadap seorang pria paruh baya yang sedang jogging hingga tewas sekitar pukul empat pagi.  Kabar ini jelas mengejutkan saya karena lokasi kejadian tak jauh dari jalan masuk ke perumahan saya.  Inikah sambutan kota ini terhadap saya?
            Hingga saat ini, tak ada kabar apakah kasus ini sudah berhasil diusut secara tuntas oleh pihak kepolisian atau belum.  Yang jelas, peristiwa ini memunculkan sebuah stereotype negatif yang dilekatkan kepada orang-orang kulit hitam di sekitar perumahan saya, yang jumlahnya lumayan banyak.  Ya, bukan oknum-oknum tertentu saja, namun semua orang dengan kulit hitam menjadi sasaran sikap sinis warga yang menganggap bahwa sifat orang kulit hitam cenderung semaunya, brutal, dan suka minum-minum.
            Setelah kejadian ini, orang-orang kulit hitam cenderung tertutup dan hidup berkelompok dengan sesamanya.  Jarang sekali, bahkan tidak pernah, orang kulit hitam di sekitar perumahan saya bercengkrama dengan warga sekitar.  Bahkan, seorang pemuda dari Papua yang harusnya menempati rumah di depan rumah saya tiba-tiba pergi begitu saja.  Dan saat ini, orang-orang dengan kulit hitam yang tadinya sering berkeliaran dan nongkrong di jalan masuk perumahan saya sudah tidak ada lagi dan tidak diketahui rimbanya.
            Tindakan ini benar-benar tidak dapat dimengerti.  Walaupun dalam rapat warga telah ditekankan secara terus menerus bahwa yang terlibat dalam kasus hanyalah oknum-oknum tertentu, yang kebetulan berkulit hitam dan mabuk, namun warga selalu saja menaruh rasa curiga dan waspada terhadap setiap orang berkulit hitam yang mereka lihat di sekitar perumahan.  Inilah pandangan khas Indonesia yang begitu mengakar ketika sample yang buruk dianggap merepresentasikan isi keseluruhan.
            Tidaklah bijaksana apabila suatu etnis diidentikkan dengan suatu label tertentu, terutama yang bersifat negatif.  Tindakan diskriminatif ini tidak hanya memancing sebuah keributan dan kebencian, namun juga menanamkan benih-benih perpecahan yang akan tumbuh dan berkembang suatu waktu hingga akhinrnya memroduksi buah bernama separatisme.  Hal yang perlu kita camkan disini adalah jangan sampai sifat buruk yang dimiliki oleh seseorang menjadikan orang-orang yang ada di dalam kelompoknya menjadi buruk juga.  Karena tidak semua yang berdebu itu kotoran, dan tidak semua yang berkilauan itu berlian.

0 komentar:

Posting Komentar