Shadri Saputra
11/317935/SP/24817
Diskriminasi dalam Keluarga
Diskriminasi adalah pembedaan antara bagian yang setara atau dalam kondisi yang sama. Diskriminasi adalah hal negatif yang selalu memunculkan sikap kecemburuan dan kesenjangan.[1]Dskriminasi berkaitan erat dengan ketidakadilan. Diskriminasi ini akan mempengaruhi sikap dan kepribadian pihak yang terdiskriminasi. Ketika orang-orang menyadari hal ini, mereka akan mekatakan bahwa diskriminasi adalah hal yang berbahaya dan harus dihindarkan. Namun tindakan ini sering tanpa disadari dan spontan.
Diskriminasi sering terjadi dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua terhadap sebagian anak. Anak yang satu mendapat perlakuan yang baik sementara yang lain tidak. Saya pernah memperhatikan, ada sebuah keluarga yang bisa dikatakan keluarga berpendidikan, ada dua orang anak yang keduanya adalah anak perempuan dan keduanya adalah anak yang pandai. Anak pertama memiliki jiwa sosial yang kurang baik, lebih sibuk sendiri dan kurang peduli sekitar. Sementara anak kedua memiliki jiwa sosial yang baik, lebih peduli sekitar. Dengan demikian orang tua memiliki kedekatan yang lebih terhadap anak kedua. Anak kedua sering disapa sementara anak pertama tidak. Dari sini timbul sikap acuh tak acuh dari anak pertama. Ini muncul dari anak pertama terhadap orang tua, sementara terhadap temannya tidak. Sikap ini membuat orang tua sering marah. Hal ini membuat anak pertama semakin jauh dengan orang tua. Anak kedua sering berkumpul dan beraktifitas dengan orang tua, terutama pekerjaan dapur dengan ibu. Sementara anak pertama kebih sering sibuk sendiri. Anak pertama awalnya dikenal sebagai anak yang akademis, tidak suka nonton. Dan sejenisnya. Namus sekarang lebih suka menghabiskan waktu untuk itu. Anak kedua sering bermusyawarah sementara anak pertama sering memutuskan sesuatu sendiri
Ini contoh diskriminasi yang sederhana dan terkesan lucu ketika diungkapkan. Namun inilah tindakan diskriminasi yang jarang disadari sehingga jarang diperhatikan. Dan ini akan semakin berbahaya jika terus diabaikan.
[1] Ahmad Farid Mubarok, dalam http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/01/diskriminasi-atau-diferensiasi/, diakses 26 Maret 2012
0 komentar:
Posting Komentar